SAYANG YA, JOGJA MACET!
Selamat datang kembali di blog nggak penting ini guys!
How are you today? Hope you are fineJ Terimakasih sudah berkenan mampir, semoga
yang belum taken cepet taken, yang udah taken semoga langgeng ya haha.
Mumpung
lagi selo, yuk cerita enak ngga enaknya tinggal di Jogja, yang konon disebut
sebut sebagai kota pelajar. Jogja atau disebut Yogyakarta adalah salah satu
kota di Pulau Jawa, sebelah utara berbatasan dengan Kota Semarang, Sebelah
Timur dengan Kota Surabaya, Sebelah Barat dengan Kota Bandung, dan sebelah
Selatan Samudra Hindia. Kota Jogja yang disebut sebut kota yang istimewa tentu
dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata yang menduduki rating yang cukup
tinggi mengingat buaaaaanyak sekali tempat-tempat wisata yang menarik. Ngga
cuma wisatawan mancanegara aja loh yang tertarik sama Jogja, wisatawan domestik
juga banyak. Ya intinya, Jogja itu istimewa deh haha.
Nah
mengingat posisi Kota Jogja sebagai destinasi wisata yang lumayan banyak
diminati, tentu hal ini punya pengaruh positif maupun negatif. Positifnya dari
segi ekonomi kaitannya sama tambahan pemasukan untuk Pemda kan ya, dari segi
sosialnya bisa meningkatkan partisipasi dan mengembangkan potensi serta
partisipasi masyarakat yang tidak hanya berperan mempromosikan sebagai upaya
untuk melariskan warisan Kota Jogja sampai di kancah Internasional. Ngga cuma
sebagai tempat wisata aja, tapi banyak juga masyarakat luar dari luar Kota
Jogja yang berbondong-bondong pindah dan menetap di kota ini. Hal ini karena biaya
hidup di kota ini lumayan murah, wilayahnya juga subur jadi banyak dilirik oleh
berbagai pengusaha yang bergerak di bidang pertanian, perkebunan atau apapun
itu. Negatifnya juga ada, salah satunya
ya macet yang keterlaluan.
Macetnya
Jogja ngga cuma di satu tempat aja, tapi udah dimana-mana. Mau cari jalan
tikus, sampe ujung juga udah jalan raya yang bakalan kena macet juga. Macet di
Kota Jogja bisa diperkirakan terjadi di pagi hari jam kerja dan sore hari
pulang kerja, tapi kalau weekend
jangan ditanya lah ya, seharian full macet. Apalagi kalau hujan pagi-pagi hari
kerja, sudaaaaaah sepanjang jalan penuh mobil yang sebenernya kebanyakan mobil
mobil itu juga cuma ditumpangi satu orang aja. Bayangin aja kalau semua
masyarakat Jogja males kehujanan dan semua bawa mobil. Dah tu berapa km
macetnya di Jogja.
Nah
solusinya ya mengefektifkan penggunaan jalur transjogja (TJ). Namun rute yang dilalui
oleh jalur transjogja hanya ada di wilayah tertentu saja jadi mungkin fasilitas
publik tersebut belum dapat dijalankan secara optimal. Ada solusi lain, kalau
menurutku sih dilakukan pergeseran jam sekolah, jadi bisa mengurangi kemacetan
di pagi hari mengingat sebagian besar pengguna jalan adalah orang-orang yang
berangkat sekolah ataupun mengantar sekolah. Jadi ketika pagi hari, akses jalan
dioptimalkan untuk masyarakat pegawai jadi jam kerja tetap berjalan sejak pagi
hari mengingat peran dari masing-masing perusahaan/dinas/lembaga yang sifatnya
melayani kepentingan publik yang umumnya dilayani sejak pagi. Pergeseran jam
sekolah dilakukan bukan berarti memandang bahwa sekolah dapat disepelekan,
tidak demikian. Namun mengingat ketentuan jam belajar di sekolah yang dapat
dipenuhi karena jam belajar sekolah tidak full sehari, berbeda dengan jam kerja
perusahaan/lembaga/dinas yang full sehari, sehingga jam belajar di sekolah
dapat lebih di ringkas. Misalnya saja PAUD/TK mulai melakukan kegiatan
pembelajaran pukul 08.00, SD mulai melakukan kegiatan pembelajaran pukul 09.00,
SMP mulai melakukan kegiatan pembelajaran pukul 10 dan SMA/SMK mulai melakukan
pembelajaran pukul 11.00. Mengapa jam belajar
PAUD, TK, SD dilakukan pagi? Mengapa tidak sore hari? Hal ini untuk
mengantisipasi karna biasanya anak-anak kalau semakin siang semakin malas,
mengingat anak-anak di umur sekian masih terlalu sulit untuk dikendalikan.
Komentar
Posting Komentar