LEBIH SUKA NEGERI SENDIRI ATAU NEGERI ORANG?



Ngomongin soal liburan nih, kalau ditanya suka liburan apa ngga, mesti jawabannya macem-macem, tapi kalau diajak liburan murah meriah pasti banyak yang mau kaaan? Pernah ngga sih guys kalian atau mungkin temen kalian ngajak liburan ke luar negeri? Seringnya sih pada bilang gini
“ eh besok kalau kita udah kerja, nabung yuk buat holiday ke singapura,
Eh aku pengen ke Berlin deh,
Paris bagus yaaah, pengen deh kesana,
Kapan ya aku bisa ke London,
Besok aku honeymoon nya pengen ke Itali,
Aku pengen ke Jabbal Rahmah deh tempat ketemunya Nabi Adam sama Hawa”
Omongan ini lebih sering didenger daripada omongan yang kaya gini nih
“eh aku pengen deh ke Lombok,
Eh aku pengen deh ke Raja Ampat,
Eh aku pengen deh ke Jaya Pura,
Eh aku pengen deh ke Suku Badui Dalam,
Eh aku pengen deh main ke desa wisata”
Kalau menurutku sih ya gitu, sebagian besar orang berburu tiket ke luar negeri daripada liburan di negeri sendiri. Kenapa? Karna biaya perjalanan ke luar negeri lebih murah dan fasilitasnya lebih tersedia, ya bisa dibilang lengkap. Beda kalau misal liburannya ke Raja Ampat, atau mungkin ke Ternate yang pantainya masih super alami-alami banget. Dulu ngebet banget ke Raja Ampat tapi ngebetnya ganti ke Ternate karena terbius sama cerita temen haha. Bisa dibilang lokasi-lokasi yang susah dijangkau dibilang pelosok negeri. Karena akses ke tempat-tempat ujung negeri nan jauh disana masih tergolong susah, dan biayanya pun relatif jauh lebih mahal dibanding liburan ke luar negeri, makanya masyarakat lebih banyak memilih liburan ke luar negeri. Kalau seandainya aksesnya diperbaiki, dipermudah mungkin ini akan mendongkrak pariwisata negeri yang nan elok di mata ini ya kan.
Ternyata karena aksesnya susah ini ngga cuma ngaruh di pariwisata aja, tapi juga ngaruh diberbagai aspek. Misalnya saja di bidang ekonomi, bidang pendidikan. Masyarakat Papua yang sampai saat ini masih sulit untuk dijangkau, bisa dibilang tingkat perekonomiannya rendah, ini bisa dilihat dari pendapatan perkapitanya. Padahal Papua punya sumber daya yang berlimpah, tambangnya berlimpah ruah. Kenapa bisa demikian? Karena pendidikan. Yaaa, ekonomi selalu disangkut pautkan dengan pendidikan. Papua kaya tapi pengelolaannya ada pada investor, sebagian masyarakatnya jadi pegawai atau bahkan buruh lepas. Bayangkan ketika susah mendapatkan pendidikan yang bahkan itu pun pendidikan wajib 9 tahun tidak juga terselesaikan. Bayangkan ketika anak-anak Papua sekolah masih memakai sendal bahkan tidak memakai alas kaki? Bayangkan sekolah anak-anak itu bukan lagi gedung, tapi bekas-bekas bangunan yang kondisinya kurang layak, dan sekolah pun harus nyebrang jembatan yang ngga safety buat mereka. Bandingkan dengan Jakarta, Bandung, dimana Papua Jakarta Bandung masih satu negara, sama sama Indonesia. Kondisi yang seperti ini apakah bisa dijadikan kekuatan untuk meningkatkan perekonomian? Bayangkan ketika mereka harus membeli bahan kebutuhan pokok dengan harga yang tinggi karena tambahan biaya pengiriman dari pusat kota, ditambah aksesibilitas yang susah. Kondisi ini diperparah jika mereka tidak mampu membeli kebutuhan pokok karna harganya mahal dan mereka membeli bahan kebutuhan pokok ke negara tetangga yang lebih murah? Jika masyarakat di pedalaman tidak mendapat perhatian khusus dari pemerintah, bukan tidak mungkin jika mereka akan memisahkan diri dan bergabung dengan negara yang sampai saat ini memperhatikan mereka.
Waaaaah out of topic ya pemirsa haha
Kita kembali lagi, ngga usah jauh jauh ke Raja Ampat, ke Ternate juga, di Jogja aja. Kalian tau dong desa wisata? Menurutku desa wisata itu bisa dijadikan kekhasan suatu daerah kalau pemerintah MAU ngedukung. Kenapa pemerintah? Sekarang siapa yang berposisi menjadi penentu kebijakan kalau bukan pemerintah? Siapa yang punya kedudukan utama untuk turut menggencarkan kekhasan daerah setelah masyarakat usaha mati-matian? Dulu desa wisata digencar-gencarkan di berbagai daerah, banyak rancangan tujuan, banyak harapan, tapi tujuan itu tidak relevan ketika sekarang banyak dijumpai hotel. Coba hitung berapa hotel yang sudah dibangun di Jogja sejak awal tahun 2017 sampai sekarang?
Kalau aja pengoptimalan pariwisata di Jogja, pelestarian pantai, penanaman mangrove, dibuat hutan bakau, pedesaan dioptimalkan potensinya, promosi besar-besaran, pelestarian budaya jawa, bukan tidak mungkin program desa wisata bisa dikenal sampai ke ujung dunia. Bukan lagi hotel yang jadi penginapan turis mancanegara maupun turis domestik, tapi homestay. Di homestay itu para turis bisa langsung tau kegiatan kegiatan masyarakat desa, ini bisa jadi tumpuan untuk ajang pamer potensi budaya. Kalau bisa malah investor hotel itu ngga usah jadi investor hotel, jadilah investor pembangunan homestay. Kalau seandainya program ini bisa optimal, bayangkan pertumbuhan ekonomi yang akan terjadi dimasyarakat. Dimasyarakat loh BUKAN perseorangan. Bayangkan ketika keuntungan itu bisa dirasakan oleh banyak orang, betapa bermanfaatnya orang-orang yang berjuang untuk masyarakat itu. tapi ya pengembangan desa wisata memang tidak mudah kalau tidak ada integritas tinggi. Tapi tidak ada yang tidak mungkin kalau suatu saat nanti potensi budaya dan potensi alam di Indonesia akan sampai pada masa kejayaan. Semoga..

Komentar

Postingan Populer